KEKUATAN DAN POLITIK DALAM PERILAKU ORGANISASI
Seperti
yang kita semua ketahui, dalam kehidupan berorganisasi kita diminta untuk
menyerahkan sebagian dari kebebasan yang kita punya agar organisasi tersebut
berjalan dengan baik dan tanpa adanya saling lepas tangan atau dengan kata lain
apa yang terjadi pada organisasi akan menjadi tanggung jawab dari semua
anggota. Agar suatu organisasi mampu mencapai tujuannya, diperlukan sebuah
kompromi dan untuk mencapai sebuah kompromi, para anggota diusahakan untuk
menyalurkan ide mereka kepada anggota lainnya dan tentunya ide tersebut adalah
ide yang mampu diterima oleh semua anggota organisasi karena terkait dengan
tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pada tingkat hubungan
interpersonal, mereka cenderung menggunakan kekuatan untuk mempengaruhi orang
lain untuk mengerjakan apa yang dikehendakinya. Pada tingkat organisasi, mereka
semua terlibat dalam menciptakan tujuan, standard, dan objektif yang satu paket
dengan sistem kontrolnya untuk mengevaluasi sejauh mana objektif dan standard
ini telah dicapai.
Jadi,
system kekuatan dan kotrolnya bekerja sebagai regulator dari perilaku. System
ini dimaksudkan untuk memperjelas harapan, mengarahkan perilaku, mengurangi
keraguan dan memberikan umpan balik. Namun, Kekuatan dan Kontrol ini sendiri
mempunyai 2 keraguan besar. Pertama adalah Keraguan teoretis atau
keraguan-keraguan dari sebuah teori yang dijelaskan atau diartikan. Dan yang
Kedua adalah Keraguan Dalam Praktek atau bisa lebih disederhanakan dengan
perumpamaan ini, orang-orang dalam organisasi merasa tidak pasti seberapa
banyak kebebasan yang harus mereka berikan karena kesepakatan yang dibuat
antara individu dengan organisasi bersifat informal, implisit, dan tidak jelas.
Jadi
perlu diketahui bahwa kekuatan yang akan kita bahas ini bisa digunakan secara
konstruktif dan bukan destruktif. Agar system control itu bisa tepat dan sukses
maka perlu dilakukan penekanan pada aspek-aspek positif dan negative dari
kekuatan dan kontrolnya dapat membantu kita untuk lebih mengerti bagaimana
penerapan system ini dapat diterima dan meningkatkan efektivitas organisasi.
12.1 KEKUATAN SOSIAL
Konsep kekuatan ini menyatakan bahwa
beberapa orang memiliki kekuatan yang lebih dari orang-orang lainnya. Kekuatan
ini sebagai suatu konsep yang menduduki posisi sentral dalam ilmu-ilmu ekonomi.
12.1.1 DEFENISI
KEKUATAN
Kekuatan ialah kapasitas seseorang
untuk mempengaruhi atau berusaha mengubah perilaku orang lain sehingga mau
melakukan sesuatu, yang dia sendiri tidak memiliki pilihan lain untuk tidak
melakukannya (Robbins, 1993, Mitchell,1985).
Jadi sesuai definisi diatas,
setidaknya harus ada 3 faktor untuk mendukung kekuatan seseorang:
1. Sebuah Potensi.
2.
Hubungan ketergantungan dari pihak lain.
3.
Pihak lain tidak memiliki pilihan terhadap perilakunya
atau mungkin memiliki namun hanya sedikit.
Berikut adalah
beberapa cara mengubah perilaku orang lain dan istilahnya:
1. Pengaruh Sosial, dimana kelompok memberikan sebuah
tekanan (Pressure) kepada seseorang.
2. Kepemimpinan, usaha seseorang untuk mempengaruhi
perilaku kelompok.
3. Tawar menawar, usaha kelompok untuk mempengaruhi
kelompok lain.
4. Kekuatan Sosial, situasi dimana seseorang berusaha
untuk mengubah perilaku orang lain.
12.1.2 BEBERAPA
TEORI TENTANG KEKUATAN SOSIAL
1)
Teori Lapangan
Teori
ini melihat Kekuatan sebagai “Force”
yang pada umumnya mengaktifkan sumber-sumber penghargaan, hukuman, dan
lain-lain yang dapat digunakan sebagai “Basis Motivasi” kepada seseorang untuk
mengevaluasi penghargaan. Untuk lebih sederhana, Force itu dapat diartikan
sebagai sebuah tekanan dari A dan dirasakan oleh B.
2)
Teori Pertukaran
Teori
ini memberikan analisis yang bersifat ekonomis dan interksi antarindividu. Ada
pendapat umum yang mengatakan bahwa manusia berperilaku demikian agar bisa
memaksimalkan perbedaan antara penghargaan dan biaya yang dikeluarkan.
Penekanan penting pada pendekatan ini adalah adanya penghargaan actual/nyata
yang dapat dikontrol dan bukan hanya sekedar persepsi. Dan teori ini menyatakan
bahwa Kekuatan merupakan proses timbal balik.
3)
Teori Pembuatan Keputusan Melalui Ilmu Politik
Dalam
tradisi ilmu politik, kekuatan didefenisikan dalam pengertian
perubahan-perubahan nyata dalam perilaku. Dan teori ini juga menyatakan bahwa
kekuatan itu berhubungan dengan perilaku yang tidak akan terjadi tanpa adanya
intervensi.
4)
Teori Analisis Keputusan
Dalam
teori ini, penerima keputusan dapat memilih apakah ia akan mematuhi atau tidak.
Selama pilihan yang ia ambil memiliki nilai harapan tertinggi menuju hasil yang
dinilai baik olehnya. Dan pemberi keputusan memiliki kakuasaan selama ia mampu
meningkatkan nilai harapan kepatuhan dan menurunkan nilai harapan ketidak
patuhan.
Teori ini tergolong
baru namun teori ini telah memasukkan banyak faset dari pendekatan lain.
12.2 MEMBEDAKAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUATAN
Berikut adalah beberapa perbedaan
beradasar beberapa aspek dan penelitian:
1.
Berhubungan dengan kesesuaian tujuan antara dirinya
dengan anggota kelompoknya.
Kekuatan tidak
memerlukan adanya kesesuaian tujuan serupa, hanya memerlukan ketergantungan.
Sedangkan, Kepemimpinan memerlukan derajat kesesuaian tertentu untuk
tujuan pemimpin dan dipimpin.
2.
Berhubungan dengan arah dan pengaruh.
Kepemimpinan selalu
memfokuskan pengaruh ke bawah kepada para bawahan, dan meminimalkan corak
pengaruh ke samping dan ke atas. Sedangkan, Kekuatan tidak demikian
coraknya.
3.
Menurut penelitian.
Kepemimpinan
ditekankan pada gaya kepemimpinan yang mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seberapa jauh seorang pemimpin harus suportif atau
seberapa banyak para bawahan dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan.
Sedangkan, Kekuatan lebih luas lagi dan focus pada berbagai taktik untuk
memperoleh penerimaan atau kepatuhan.
12.3 BASIS DAN SUMBER KEKUATAN (Bacharach & Lawler, 1980; Robbins,
1993)
12.3.1 BASIS
KEKUATAN
Yang dimaksudkan dengan basis kekuatan
ialah apa saja yang dimiliki seseorang yang dapat memberikan kekuatan kepadanya
yang membuatnya bisa mengontrol dan memanipulasi perilaku orang-orang lain.
Terdapat 4 basis kekuatan, antara lain:
1.
Kekuatan untuk menghukum, dimana basis ini sering
mengandalkan perasaan takut seseorang.
2.
Kekuatan untuk Memberikan Penghargaan, berbeda dengan
kekuatan untuk menghukum. Basis ini memberikan harapan kepada orang lain agar
mereka bisa menghasilkan sesuatu yang positif dan menguntungkan bagi mereka.
3.
Kekuatan untuk Meyakinkan Orang, basis kekuatan ini
bertumpu pada alokasi dan Manipulasi penghargaan yang bersifat simbolik.
4.
Kekuatan dalam Penguasaan Ilmu Pengetahuan/Informasi,
basis ini menerangkan bahwa informasi yang penting yang mampu dikendalikan oleh
seseorang, kelompok, atau organisasi akan membuat pemilik informasi penting itu
menjadi pemegang kekuasaan untuk mengontrol dan memanipulasi perilaku orang
lain.
12.3.2 SUMBER
Kekuatan
Sumber kekuatan adalah darimana
seorang pemegang kekuatan itu memperoleh basis kekuatannya. Sumber kekuatan ini
berhubungan dengan pertanyaan bagaimana anda sampai kepada kemampuan untuk mengontrol
basis kekuatan anda. Ada 4 sumber kekuatan, antara lain:
1.
Kekuatan karena jabatan.
2.
Kekuatan Pribadi.
3.
Kekuatan dari Keahlian.
4.
Kekuatan karena Kesempatan.
12.4 KETERGANTUNGAN ADALAH KUNCI DARI KEKUATAN
Dapat ditegaskan di sini bahwa aspek
yang paling penting dari kekuatan adalah fakta bahwa kekuatan itu merupakan
fungsi dari ketergantungan (P=fD, P= power, D= dependence). Jadi diperlukan
sekali penjelasan tentang pengertian ketergantungan ini karena hal ini
merupakan pengertian sentral dalam memahami praktik kekuatan itu sendiri.
12.4.1
KETERGANTUNGAN DALAM PENGERTIAN UMUM
“Makin besar ketergantungan individu B
kepada A, makin besarlah kekuatan individu A terhadap B”. Dari pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa ketergantungan adalah kebalikan dari sumber
suplai, yang berarti semakin penting dirinya dan juga dirinya bisa
mengontrolnya, maka ketergantungan akan dirinya akan semakin besar.
112.4.2 HAL-HAL
YANG MENCIPTAKAN KETERGANTUNGAN
Secara umum dapat dikatakan disini
bahwa ketergantungan pada orang lain akan meningkatkan manakala sumber-sumber
yang anda control itu dipandang penting, jarang terdapat, dan tak tergantikan.
a)
Derajat Kepentingan.
b)
Jarang Terdapat.
c)
Tak tergantikan.
12.5 TAKTIK MEMPEROLEH KEKUATAN
Yang dimaksudkan dengan taktik disini
yaitu bagaimana seseorang itu memanipulasikan basis kekuatannya, dimana dia
sebagai karyawan dapat menerjemahkan basis kekuatannya ke dalam
tindakan-tindakan khusus. Ada beberapa cara yang telah terstandar dimana para
pemegang kekuatan itu berusaha memperoleh apa yang mereka inginkan. Terdapat 7
dimensi taktis atau strategis antara lain:
1)
|
Pemberian Alasan (PA)
|
:
|
Menggunakan fakta dan data untuk membuat presentasi
ide-ide yang logis dan rasional.
|
2)
|
Pendekatan Bersahabat (PB)
|
:
|
Menggunakan pujian, penciptaan itikad baik, tindakan
merendah, dan menjadi begitu bersahabat sebelum mengajukan permintaan.
|
3)
|
Ajakan Berkoalisi (AB)
|
:
|
Memperoleh bantuan dari orang lain di dalam organisasi
untuk mendukung sebuah permintaan.
|
4)
|
Tawar-menawar (TM)
|
:
|
Manggunakan negosiasi melalui pertukaran keuntungan
atau kesukaan.
|
5)
|
Memberikan Pernyataan (MP)
|
:
|
Menggunakan pendekatan langsung yang menekan seperti
menuntut persetujuan terhadap permintaan, mengulang-ulang permintaan /
mengingatkan, memerintahkan orang-orang untuk melakukan apa yang diminta dan
mennjukkan kepada mereka bahwa peraturan harus dipatuhi.
|
6)
|
Menggunakan wewenang yang lebih tinggi (MW)
|
:
|
Memperoleh bantuan dari tingkatan yang lebih tinggi
di dalam organisasi untuk mendukung permintaan-permintaan penting.
|
7)
|
Menggunakan sanksi/hukuman (MS)
|
:
|
Menggunakan penundaan penghargaan atau menggunakan
hukuman seperti mencegah atau hanya menjanjikan kenaikan gaji / pendapatan,
mengancam akan memberikan penilaian kerja yang tidak baik atau menahan
promosi /kenaikan pangkat. (Kipnis et al.,1984)
|
12.6 SISTEM KONTROL
Kata control seperti juga kata
kekuatan telah lama dipakai secara bebas sehingga memiliki berbagai arti yang
berbeda. Namun disini kita akan membahas mengenai kata control yang lebih
spesifik sebagai srsuatu yang digunakan dalamorganisasi yang berpengaruh pada
perilaku individu.
12.6.1 KONTROL
PERSONAL / INDIVIDUAL
Kontrol personal adalah tindakan yang
dilakukan manusia untuk mencari tahu apakah yang dia kendalikan itu mampu
mengurangi ketidakpastian dan kecemasan dan pada saat yang sama meningkatkan
kepercayaan diri dan kompetensi.
12.6.2 KONTROL
ORGANISASI
Control organisasi dipersempit
pengertiannya sebagai system penilaian prestasi kerja atau system control organisasi
sebagai proses yang meliputi perencanaan, menetapkan tujuan, objektif, dan
standar, menciptakan desain prosedur untuk mencapai tujuan dan objektif
tersebut, system pengumpulan data, dan umpan balik apakah standard dan
objektifnya telah dicapai, serta system pelaksanaan tugas untuk mengurangi
setiap penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
12.7 POLITIK: KEKUATAN DALAM PRAKTIK
Perilaku politik
dalam organisasi sebagai semua aktifitas yang tidak diperlukan sebagai bagian
dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi mempengaruhi distribusi
keuntungan dan kerugian di dalam organisasi tersebut (Robbins, 1991)
12.7.1 FAKTOR-FAKTOR
YANG MENDUKUNG PERILAKU POLITIK
a)
Factor-faktor individual.
b)
Factor-faktor organisasi.
12.7.2 MANAJEMEN
IMPRESIF
Manajemen impresif artinya kita
memberikan perhatian yang berkelanjutan tentang bagaimana orang lain
mempersepsikan dan mengevaluasi kita. Persepsi positif dari orang lain akan
menguntungkan kita dalam organisasi. Adapun 7 teknik manajemen Impresif, antara
lain:
1) Deskripsi diri, pernyataan yang menggambar
karakteristik pribadi.
2)
Konformitas, menyetujui pendapat orang lain agar
mendapat dukungan darinya.
3) Laporan, permintaan maaf dan menjelaskan mengenai
peristiwa agar meminimalkan beratnya kesulitan yang tampak.
4)
Penyesalan, mengakui bertanggung jawab untuk peristiwa
yang tidak dikehendaki.
5)
Pengakuan, penjelasan tentang peristiwa keberhasilan
diharapkan dapat memaksimalkan implikasi yang dikehendakinya.
6)
Pujian, memuji orang lain agar dia kelihatan suka
menerima pendapat dan menyukai orang lain.
7) Persetujuan, melakukan sesuatu yang menarik kepada
seseorang agar mendapatkan persetujuan untuk kesempatan yang lain.
12.7.3 PERILAKU
DEFENSIF
Perilaku ini sering dilakukan untuk
menghindari tindakan disalahkan, atau menghindari perubahan.
a)
Menghindari Tindakan
Terkadang
cara terbaik menghindari tindakan adalah tidak bertindak apa-apa. Dan ada 6
cara populer untuk menghindari tindakan yang dapat dikemukakan, antara lain:
1. Konformitas berlebihan, dengan cara
menginterpretasikan tanggung jawab anda dengan mengatakan sesuatu seperti
“Peraturan telah jelas menyatakan….”.
2. Melewatkan Tanggung Jawab Anda.
3. Berlagak bodoh.
4. Depersonalisasi, memperlakukan orang lain layaknya
objek atau nomor, sedangkan anda sendiri menjauh dari kaharusan untuk
mempertimbangkan peristiwa tertentu terhadap mereka.
5. Memperpanjang dan memperhalus penyelesaian masalah,
dimaksudkan untuk memperlama pembahasan
tugas sedemikian rupa agar terlihat sedang mendalami tugas tersebut.
6. Menghentikan kegiatan, taktik menahan kaki agar
terllihat suportif secara public.
b)
Menghindari Disalahkan
Terdapat
6 taktik dalam menghindari disalahkan, antara lain:
1. Menutupi kelamahan.
2. Bermain aman.
3. Menjustifikasi, mengembangkan penjelasan untuk
mengurangi tanggung jawab untuk hasil yang negative.
4. Mengkambing hitamkan.
5. Misrepresentasi, memanipulasi informasi.
6. Eskalasi komitmen, meningkatkan komitmen lebih jauh
lagi agar pihak lain lupa bahwa keputusan yang pertama itu salah.
c)
Menghindari Perubahan
Ada 2
bentuk pertahanan diri yang sering digunakan jika merasa terancam akan perubahan,
antara lain:
1. Menentang perubahan.
2. Melindungi profesi, mempertahankan wilayah kerja dari
campur tangan pihak lain.
d)
Efek dari Perilaku Defensif
Dalam jangka
pendek, penggunaan perilaku defensive secara ekstensif mungkin dapat
menguntungkan kepentingan pribadi. Tetapi, dalam jangka panjang penggunaan
perilaku ini justru akan marugikan. Sebab semakin sering mereka menggunakan
perilaku ini, maka mereka akan semakin kehilangan kepercayaan dari orang lain.
Namun jika digunakan dengan
cara yang moderat dan penuh pertimbangan, perilaku ini dapat menjadi cara
efektif untuk keidupan dan kesemarakan berorganisasi karena secara sengaja dan
bijaksana perilaku ini sering distimulasi oleh manajemen.
Komentar
Posting Komentar